Radical Dreamer ~Nusumenai Houseki~ (Unstolen Jewel)
Title : [Mini Songfic] Radical Dreamer ~Nusumenai Houseki~
Author : Rin
Genre : Romance-Angst
Pairing : SergexKid/Schala
Rating : Overall PG –
15
Length : 804 Words
Current
Mood : Worst *heh*
Current
Song : Noriko Mitose – Radical Dreamer
~Nusumenai Houseki~
Disclaimer : All characters belong to Squareenix (or
soft) while this
storyline belongs to me. Dare to do a plagiarism? You won’t live to see another
day(?)
A/N : Another Songfic
XD well, SergexKid. Why? Karena saya suka SergexKid XD also, Serge adalah
tipe-tipe cowok yang kalem, dan jika dipasangkan dengan Kid atau Schala yang
notabene adalah cewek tomboy, menurut saya mereka berdua bisa jadi couple yang
saling melengkapi(?) XD
--- Chrono Cross---
‘I
hid that trembling light in my young hands
I’ve
traveled this far
Wandering
the abyss of time’
Semilir angin menerpa wajahku. Suara debur ombak
memecah keheningan yang ada. Aku berjalan di tepian pantai. Membiarkan kaki
telanjangku menyapu pasir-pasir basah di bawah sana. Sesekali percikan air
terasa menyapu telapak kakiku, menjalarkan sensasi dingin yang membuatku
nyaman. Malam. Air laut pada malam hari tentu saja begitu dingin. Ah, aku tak peduli. Toh, aku menyukainya.
Aku berhenti di satu titik. Di satu titik dimana dulu kau
pernah berpijak. Titik di mana ‘kunci’ petualangan kita pernah berada. Titik
yang pada akhirnya juga menjadi saksi bisu bagaimana lubang itu menghisapmu dan
membuatmu menghilang tak berbekas dihadapanku. Ya, sampai sekarang aku masih
tidak bisa melupakanmu. Aku menggenggam sebuah kalung penuh ornamen ungu ditanganku dengan erat. ‘Aku bahkan masih
mengingat dengan jelas detik-detik kebersamaan kita.
‘I
continued to search for you
Though
I know not even your name
I
wanted to hand over to you
Just
one single feeling’
Aku
bahkan masih mencarimu hingga saat ini. Sudah terlampau lima tahun dan aku
masih mencarimu bagaikan seorang anak kucing yang merangkak mencari induknya.
Aku tak tahu kenapa. Kenapa aku tak bisa berhenti mencarimu. Bahkan aku tak
bisa berhenti memikirkanmu barang sehari pun. Miris? Kurasa itu yang akan kau
katakan saat kita bertemu nanti.
Sebut
aku bodoh karena aku bahkan lupa siapa namamu. Seberapa keras pun aku memaksa
otak ini untuk membuka kembali memoar-memoar lama itu, walaupun segala kejadian
yang kita lewati bersama dulu tetap dapat mengalir kembali dipikiranku, tetap
saja namamu tak sedikitpun terbesit di kepalaku. Sebut aku idiot karena yang
aku tahu hanyalah aku ingin mencurahkan segenap perasaanku kepadamu. Ya, sebut
aku dengan segala kebodohanku.
‘Time
catches deep in its arms both love and pain
And
erases them, but I remember them. And always will...’
Kau tahu, waktu
lima tahun, bagi orang awam pastilah cukup untuk membebaskan segala kesakitan,
kepahitan, cinta, dan perasaan yang pernah mereka pendam. Tapi aku, apa kau
tahu bagaimana aku berjuang selama lima tahun ini? Aku mencoba membiarkan waktu
menghapusnya. Menghapus baik cinta dan luka yang telah kita hadapi saat itu.
Tapi nyatanya, aku tetap mengingatnya. Aku tak bisa membiarkan memoar-memoar
itu melayang tersapu oleh belaian lembut sang angin. Aku ingin memoar itu
tersimpan layaknya sebuah jam pasir sehingga dapat kuulang dan kuulang kembali
jika aku menginginkannya.
Hei,
Tuan anonim. Tahukah kau bahwa aku akan selalu mengingatmu? Aku tak terbebani.
Aku senang aku masih bisa mengingat semuanya. Walaupun pada akhirnya lini
dimensi telah menjadi dinding pembatas yang kokoh di antara kita. Walaupun pada
akhirnya hidup kita memiliki ending
yang berbeda. Aku akan tetap mengingat itu semua.
‘It’s
reverberated deep in my chest for I know not how long
Though
it’s a whisper fainter than a drop of evening dew’
Aku mengangkat
tanganku. Membiarkannya sejajar dengan dadaku. Di sini. Di dada ini. Semuanya
masih tersimpan dengan rapi. Entah sampai kapan aku akan mengingat semuanya.
Aku mengingat segala hal tentangmu. Walaupun itu adalah sebuah bisikan yang
lebih redup daripada setetes embun di sore hari. Aku yakin aku mengingatnya.
Bagaimana
kabar Leena? Aku yakin kalian berdua kini sudah menikah dan memiliki anak yang
manis. Apa kalian masih ingat padaku? Kuharap iya. Kalaupun kalian tak
mengingatku, aku cukup senang mengingat kalian pernah menjadi bagian dari
hidupku.
‘May
the prayer I spun towards the darkness of frozen stars
Reach
all the way
to
your distant sky’
Aku tetap berjalan
menyusuri pinggiran pantai Opassa. Berhenti di dekat karang-karang yang tegak
berdiri di antara batuan-batuan pantai. Aku menengadahkan kepalaku. Membiarkan
angin dengan liar membelai wajahku. Aku membuka mataku pelan. Memandangi kerlip
bintang yang menyala tersebar di antara gelapnya langit malam ini.
“Kuharap,
doa-doa yang kucurahkan dihadapan bintang-bintang yang membeku di kegelapan
malam ini dapat sampai ke langit di mana kau bernaung.” Aku tersenyum.
Bintang-bintang
ini... mereka yang menjadi teman di saat aku merasa kesepian. Bintang-bintang
ini mengingatkanku kepadamu. Bintang-bintang ini menari-nari. Membiarkanku
melupakan kesedihanku karena harus melepaskanmu. Dan kini, biarkan aku yang
mengambil peran untuk menemani
bintang-bintang ini. Sayonara,
atashi no aisuruhito~ atashi wa anata ga suki dayo.
~FIN~
A/N: Fuwaaaa makasih yang udah
baca *ituupun kalo ada yang baca* *plakkk* XDDDD ini hasil nganggur. Bersihnya
sih ngegarap dalam 4 jam. Brr.. bener2 kacau. Malas edit dan yaaah as you can
see. Ancur! XD yah yasudahlah. Pokoknya saya bener2 minta maaf kalo hasilnya ga
enak dibaca. Mou ichido, thanks for reading my fanfic~ XDDDD
No comments:
Post a Comment